Di UMM, Menko PMK ungkap dampak penggunaan teknologi AI
Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan kunjungan ke aplikasi artificial intelligence (AI) terbanyak di dunia.
Elshinta.com - Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan kunjungan ke aplikasi artificial intelligence (AI) terbanyak di dunia. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. dalam sharing session bersama sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 14 Juli lalu.
Lebih lanjut, Pratikno mengatakan lima bidang Kemenko PMK benar-benar terdisrupsi dengan perkembangan teknologi. Mulai dari keluarga dan kependudukan, kesehatan, pendidikan, karakter dan jati diri bangsa, hingga bencana dan konflik sosial. Misalnya di bidang kesehatan, di mana masyarakat kini lebih banyak ‘mager’ karena penggunaan gawai. Hal ini mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik dan bahkan juga depresi karena terlalu banyak informasi yang diperoleh. Apalagi melihat screen time orang indonesia mencapai rata-rata 7,5 jam sehari.
“Kami di Kemenko PMK juga khawatir, bukan hanya terkait implikasi negatifnya saja, tapi juga disparitas kehidupan manusia. Teknologi membantu meningkatkan produktivitas bagi yang bisa memanfaatkannya. Tapi yang tidak mampu tentu akan tertinggal bahkan jadi korban,” katanya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, AH Sugiharto, Senin (14/7).
Menurutnya, disrupsi teknologi saat ini berbeda dengan disrupsi fase sebelumnya. Dulu ketika revolusi teknologi terjadi di Eropa, butuh waktu ratusan tahun untuk bisa sampai di Indonesia. Tapi sekarang, ketika Bill Gates mengeluarkan program teknologi baru, hanya butuh satu minggu bahkan beberapa hari saja hingga sampai di Indonesia. Era ini merupakan era konvergensi dan AI yang ditandai dengan munculnya AI sebagai kekuatan transformatif.
Terkait disrupsi teknologi di bidang pendidikan, Pratikno menyampaikan sederet pola penggunaan AI oleh siswa maupun mahasiswa. Termasuk bagaimana AI menggantikan mesin pencari tradisional, chech grammar, summarize document, parafrase, hingga karya akademik. Sayangnya, hal ini memberikan implikasi negatif juga, yakni peningkatan masalah kecurangan dan kecurangan yang semakin sulit dideteksi.
Sementara itu Rektor UMM Prof. Nazaruddin Malik, M.Si. mengatakan bahwa UMM memang sedang fokus dalam pengembangan teknologi dan memberikan dampak pada masyarakat. Pihaknya juga terus berupaya menciptakan transformasi yang ideal untuk perguruan tinggi dalam pembagunan kualitas manusia, utamanya untuk menghadapi masa depan.
“Apalagi Pak Pratikno juga sangat intens melihat dan mengupayakan bagaimana teknologi digital mampu membangun peradaban baru. Maka perguruan tinggi, termasuk UMM, harus bisa selangkah lebih maju di depan untuk memanfaatkan teknologi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat,” tandasnya.